Secara umum, seluruh varian jet pembom-tempur buatan Uni Soviet ini setidaknya telah diproduksi sebanyak 2.867 unit antara tahun 1969-1990. Meski bukan lagi arsenal gress, keluarga Sukhoi Su-17/20/22 masih menjadi andalan di beberapa negara eks-Pakta Warsawa dan dunia ketiga. Salah satunya adalah Polandia yang mengoperasikan varian paling canggih, Su-22M4/5 Fitter-K.
Modernisasi Su-22M4 Fitter-K
Memasuki tahun 2010, sekitar 48 Su-22M4/UM3K masih menjadi kekuatan cadangan di jajaran armada tempur AU Polandia yang sudah diperkuat arsenal terbaru, F-16C/D Block-52. Varian Su-22M4 (nickname NATO = Fitter-K) merupakan varian terakhir dan tercanggih dari keluarga Fitter. Selain sebagai pesawat penyerang darat, Su-22M4 AU Polandia juga diberikan tugas sebagai pengintai dengan membawa pod kamera KKR-1 (bekas pakai Su-20R). Saat ini sisa armada Su 22M4/UM3K tergabung di unit 8th Tactical Squadron, Miroslawiec Air Base.
Dengan bergabungnya Polandia menjadi anggota NATO, maka suka tidak suka AU Polandia harus menyelaraskan arsenal yang dimiliki dengan standar NATO. Untuk itu sebagian armada Su-22M4 dilengkapi dengan berbagai avionik buatan Barat seperti HUD, ILS, INS, TACAN, HOTAS, GPS, hingga dipasangi radar Phantom lansiran Thomson CSF dan Phazotron. Radar Phantom dipasang untuk menggantikan perangkat laser rangefinder Klen-54. Su-22M4 hasil upgrade ini dikenal sebagai Su-22M5. Meski uzur, armada Su-22M4 Fitter-K AU Polandia masih bisa diandalkan dalam beberapa tahun ke depan sambil menunggu armada F-16C/D operasional secara penuh. Selain varian Su-22M4/5, AU Polandia juga mengoperasikan beberapa versi latih Su-22UM3K Fitter-G yang juga menjalani paket upgrading pada perangkat navigasi serta komunikasinya. Selain AU Polandia, negara eks-Pakta Warsawa terakhir yang diketahui masih menyimpan armada Su-22 Fitter kemungkinan adalah AU Slovakia (varian Su-22M4/UM3K). Di luar eks-Pakta Warsawa, negara yang masih aktif mengoperasikan keluarga Fitter (berdasarkan data tahun 2011) antara lain Angola (Su-22M4), Libya (Su-22M3/M4/UM3K), Vietnam (Su-22M4/UM3K), dan Peru (Su-22M4/UM3K).
Dinasti Keluarga Fitter
Pada tahun 1963, seorang teknisi dari Sukhoi OKB bernama Nikolai Zyrin melakukan modifikasi penggunaan sayap sayung (variable geometry wing) pada varian Su-7BM Fitter-A. Sayap utamanya bisa diposisikan dalam tiga sudut derajat, yakni 28, 45, dan 62. Pengaturannya masih menggunakan tuas alias manual. Su-7BM hasil modifikasi ini dikenal sebagai Su-7IG Fitter-B dan terbang perdana 2 Agustus 1966 dengan pilot uji Vladimir Ilyushin. Setelah melakukan beberapa penyempurnaan, Sukhoi OKB kemudian melansir Su-17 Fitter-B dengan mesin Lyulka AL-7F-1 (thrust = 9.000 kg atau 19.841 lb) pada tahun 1969, disusul tipe Su-17M Fitter-C pada tahun 1971. Fitter-C menggunakan mesin baru Lyulka AL-21F-3 (thrust = 11.500 kg atau 25.300 lb) dan diekspor ke Mesir, Polandia, dan Syria dengan kode Su-20.
Selain itu dibuat pula versi pengintainya, yakni Su-17R Fitter-C (kode ekspor = Su-20R) yang membawa tabung kamera KKR-1. Akhir Desember 1973, Sukhoi OKB kembali melansir varian terbaru, yakni tipe Su-17M2 Fitter-D (kode ekspor = Su-20M) yang dilengkapi berbagai avionik canggih untuk ukuran Rusia saat itu macam laser rangefinder ASP-17, RSBN-6S short-range navigation, dan radar navigasi DISS-7.
Sebuah Su-20R milik AU Polandia tengah diparkir di landasan Pangkalan Udara Slupsk, Mei 1992. Su-20R merupakan varian intai-tempur yang biasa membawa tabung kamera KKR-1.
|
Selain itu dibuat pula versi pengintainya, yakni Su-17R Fitter-C (kode ekspor = Su-20R) yang membawa tabung kamera KKR-1. Akhir Desember 1973, Sukhoi OKB kembali melansir varian terbaru, yakni tipe Su-17M2 Fitter-D (kode ekspor = Su-20M) yang dilengkapi berbagai avionik canggih untuk ukuran Rusia saat itu macam laser rangefinder ASP-17, RSBN-6S short-range navigation, dan radar navigasi DISS-7.
Tanggal 31 Januari 1975, varian Su-17M2D bermesin Tumansky R-29BS-300 (thurst = 12.000 kg atau 26.400 lb) berhasil terbang perdana. Varian ini diekspor antara lain ke Irak dan Peru dengan kode Su-22 Fitter-F. Kelak AU Peru meng-upgrade armada Su-22 miliknya menjadi varian Su-22M2 Fitter-F yang dilengkapi refuelling probe. Selain itu Sukhoi OKB juga melansir varian latih dari Su-17M2, yakni Su-17UM Fitter-E. Berdasarkan Fitter-E, diturunkan pula varian Su-17M3 Fitter-H. Pada varian ini ruang kokpit bagian belakang dijadikan internal fuel tank dengan kapasitas 4.850 liter. Avionik yang digunakan pun lebih canggih, seperti pemasangan perangkat Klen-54 laser rangefinder dan upgading wiring system yang memungkinkan pemasangan dua rudal air to air R-60 (kode NATO = AA-8 Aphid) atau R-3S (AA-2 Atoll). Versi ekspor Su-17M3 (untuk negara dunia ketiga) yang kemampuan avioniknya dikurangi dikenal sebagai Su-22M Fitter-J. Avionik Su-22M setara dengan Su-17M2 Fitter-D, namun mesin yang digunakan tipe R-29. Sedangkan varian ekspor Su-17M3 untuk negara Pakta Warsawa dikenal sebagai Su-22M3 Fitter-J. Semua versi ekspor Su-17 tidak bisa membawa senjata nuklir.
Tahun 1978 Sukhoi OKB membuat varian latih dari Su-17M3, yakni Su-17UM3 Fitter-G. Varian ekspornya yang menggunakan mesin Tumansky R-29 dikenal sebagai Su-22UM3, sedangkan yang memakai mesin Lyulka AL-21 diberi kode Su-22UM3K. Terakhir Sukhoi OKB melansir Su-17M4 Fitter-K (kode ekspor = Su-22M4) yang terbang perdana 19 Juni 1980 dengan pilot uji Yuri A. Yegorov. Kokpit pada varian Fitter-K dipenuhi avionik terbaru seperti perangkat navigasi RSDN (setara LORAN buatan AS), INS, Klen-54 laser rangefinder, RWR tipe SPO-15LE Sirena, hingga pod BA-58 Vjuga untuk memandu penembakan anti-radiation missiles macam Kh-28 (kode NATO = AS-9 Kyle), Kh-25ML (kode NATO = AS-11 Karen), serta Kh-29L/T (kode NATO = AS-14 Kedge). Terakhir muncul varian Su-22M5 hasil upgrade Su-22M4 dengan avionik Perancis.
Pengalaman Perang
Cerita seru tentang keluarga Fitter di medan perang terjadi saat terjadinya Insiden Teluk Sidra (19 Agustus 1981) dimana dua Su-22M3 AU Libya ditembak jatuh dua F-14A Tomcat US Navy. Selain itu Fitter terlibat juga dalam berbagai pertempuran di dunia seperti Perang Afghanistan (1979-1988), Perang Iran-Irak (1980-1988), Perang Angola (1975-1988), Perang Teluk-I (1990-1991), dan Konflik Peru-Ekuador (1995). Sayangnya prestasi tempurnya agak suram. Seringkali Fitter harus berhadapan dengan jet tempur spesialis dogfight atau rudal anti-pesawat portabel (MANPADS) yang letal macam Stinger, SA-7, hingga Blowpipe. Di Afghanistan, tiga Su-22M3 berhasil dirontokkan F-16A Pakistan dan belasan lainnya oleh rudal Stinger Mujahidin. Puluhan Fitter Irak juga berhasil dirontokkan oleh F-14A Iran selama perang Iran-Irak dan F-15C USAF pada Perang Teluk-I. Terakhir, dua Su-22M2 milik AU Peru berhasil dirontokkan Mirage F-1JA AU Ekuador tanggal 10 Februari 1995 saat berlangsungnya Alto Cenepa War. Saat ini negara-negara yang masih mengoperasikan Su-22 seperti Angola, Libya, dan Yaman masih aktif menggunakannya untuk menggempur kelompok-kelompok perlawanan dalam negeri.
Operator Su-17/20/22
Salah satu dari delapan Su-22M4 Fitter-K AU Angola yang masih operasional hingga saat ini (2010). Pesawat-pesawat Su-22M4 Angola merupakan bekas pakai AU Cekoslovakia yang dijual pada tahun 1993.
|
Operator Su-17/20/22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar